Profil KH. M. Saepullah (Pa Pena)

pa pena
KH. M. Saepullah atau lebih dikenal Pa Pena, lahir di Cisaat Sukabumi tanggal 20 April 1938, terlahir dengan nama kecil Aang. Beliau terlahir dari keluarga berpengaruh pada masanya. Ayah beliau seorang Juragan Lurah yang bernama R. Adjoem Hardjasasmita. Lahir dari seorang Ibu bernama Ibu Ijot. Beliau merupakan putra bungsu dari 5 bersaudara: Apit, Uyeh, Ujang Ojak, Utih dan Aang. Namun belakangan Ayah beliau bercerai dan Aang kecil diasuh oleh ibu baru yang sangat menyayanginya bernama Ibu Hj. Fatimah.

Terlahir dari keluarga terpandang, tidak lantas membuat Beliau menjadi manja, pedidikan keras sang ayah pada akhirnya menjadi bekal beliau berdkwah. Sang ayah, yang tersohor sebagai Jawara, membekali dengan olah kanuragan. Di usia 11 tahun Aang kecil sudah makalangan (dari panggung-ke panggung) pencak silat, bahkan tidak jarang menumbangkan lawan yang usianya puluhan tahun jauh di atasnya.

Pendidikan

Saat Beliau nyantren, Sang Ayah tidak setuju karena ingin anaknya menjadi seorang Lurah, yang meneruskan perjuangannya. Tidak jarang ketika pulang dari pesantren, mendapat teguran yang kurang mengenakan. "Rek naon mantog? cenah manéh hayang masantrén?" (Mau apa pulang? bukannya kamu mau nyantren?). Hanya sang Ibulah, Hj. Fatimah yang sembunyi-sembunyi memberikan sedikit beras dan uang untuk bekal. Maka Beliau jarang pulang, mengandalkan berburu untuk sekedar isi perut ketika mesantren.

KH. M. Saepullah mondok kurang lebih selama 14 tahun. Beliau mengenyam 3 pesantren, Ciharashas, Gentur dan Tipar (Al-Masthuriyah sekarang) di bawah asuhan Mama Ajengan Masthuro. Mama Ajengan Masthuro lah yang meberi tambahan pada nama beliau menjadi Aang Saepullah. Di Tipar inilah beliau paling lama.

Untuk pendidikan formal, beliau mengenyam SR dan PGA 6 TH.

Pengakuan Sang Ayah

Bertahun-tahun mondok, tidaklah membuat sang ayah berubah. Baru lah, ketika Aang Saepulloh ini sering dipanggil ceramah, Sang Ayah mulai bangga. Bahkan sakin bangganya Sang Ayah, sampai Sang Anak diarak keliling kampung dengan sado (delman) dan hadiah sarung samarinda (sarung berkelas pada masanya). Lambat laun kebiasaan Sang Ayah berubah menjadi lebih baik dan menunaikan ibadah haji. Bergantilah nama beliau dari R. Adjoem Hardjasasmita menjadi H. Syukur Syuja'i.

Asal muasal Pa Pena

Menjadi PNS waktu itu mudah, kata beliau. Bahkan SK pun diantar ke rumah. Awalnya beliau seorang Guru Agama kemudian berpindah ke struktural menjadi Penerangan Agama (Sekarang Penyuluh Agama Islam di bawah Kementerian Agama). Jabatan Penerangan Agama (PENA) inilah yang membuat nama Pa Pena lebih dikenal daripada nama asli beliau.

Pernikahan

Beliau menikah 3 kali. Pernikahan pertama dengan Isoh gagal karena perjodohan dan masing-masing kurang menerima. Pernikahan ke-2 dengan Iyay mempunyai 3 orang anak, yaitu: Asep Solahudin, Nunung Masrilah (almh) dan Neneng Nurjanah. Pernikahan ke-2 pun harus berakhir karena sesuatu dan lain hal. Pernikahan ke-3 dengan Ii Robiah yang terpaut usia 17 tahun membuahkan 3 orang anak yaitu: Oneng Supriati, Elih Solihat dan Ujang Ismatullah.

Perjalanan Dakwah

Seiring tugas Beliau sebagai ASN, beliau sempat tugas di Kec. Warungkiara, Kalapanunggal, Parungkuda dan Parakansalak. Hampir tiap hari beliau mengisi pengajian Bapak-bapak dan Ibu-ibu, berdakwah sampai ke daerah Bogor, Cianjur dan sekitarnya. Tahun 2004 beliau mendirikan Majelis T'alim AsSaef.

KH. M. Saepullah berpulang ke Rahmatullah pada tanggal 12 Juli 2007 / 27 Jumadil Akhir 1428 H dan dikebumikan di TPK Lebakjeruk.